Hati-Hati, Di Beberapa Negara, “Kebaikan-Kebaikan” Kecil Semacam Ini Pantang Dilakukan oleh Wisatawan


Sumber: StarFlames

Di masa kini, berwisata tidak lagi semata dilihat dari kenyamanan pribadi saat bepergian ke tempat-tempat yang asing. Alih-alih, wisata masa kini juga melibatkan penduduk-penduduk lokal, di mana kita akan sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka sepanjang perjalanan wisata kita.

Namanya juga beda daerah, gap atau perbedaan nilai-nilai maupun cara berpikir pasti ada. Namun, ada kalanya gap tersebut menjadi sesuatu yang menghalangi acara wisata kita, bahkan untuk hal-hal yang kita atau mereka sebut dengan “kebaikan”.

Berbuat baik itu boleh, malah, berwisata seharusnya menjadi ajang untuk kita dapat berbuat kebaikan untuk sesama. Namun, bagaimana bila perbuatan baik itu kelewatan?

Berikut ini adalah ulasan daftar perbuatan baik yang bagi kita mungkin biasa, namun di negara-negara tertentu, perbuatan yang ditunjukkan oleh gestur tubuh “berniat baik” ini justru perlu kita waspadai untuk tidak ikuti:

1. Tersenyum pada Orang


Sumber: 1103997

Budaya kita memang banyak menekankan senyuman. Hal ini berlaku khususnya untuk kita para wisatawan yang juga berstatus pekerja di bidang layanan semacam Customer Service atau penyedia jasa menyewa villa, di mana tersenyum seharusnya menjadi kebiasaan sehari-hari kita.

Siapa sangka, bila kita berada di negara-negara seperti India, tersenyum dapat diartikan kita sedang flirting. Akibatnya, orang-orang yang kita senyumi akan mengikuti kita terus-terusan ke manapun tujuan wisata yang kita tuju, termasuk ke ruang-ruang pribadi seperti toilet umum.

Ini akan semakin parah ketika kita adalah perempuan dan yang kita senyumi secara sengaja maupun tidak adalah laki-laki. Karenanya bila ingin aman, hindarilah tersenyum ketika sedang berwisata ke India, meskipun kita mungkin berpikir senyum itu hal yang baik untuk dilakukan.

2. Memilah-Milih Hal yang Hendak Dibeli


Sumber: StockSnap

Sikap cermat saat berbelanja memang diperlukan. Bukan hanya di negara-negara maju dengan biaya hidup yang mahal, namun kecermatan belanja juga perlu kita perhatikan sehingga kita mendapatkan harga dan kualitas yang seimbang sambil juga sesuai dengan budget wisata kita masing-masing.

Atas dasar itu, hampir semua orang berpikir memilah dan memilih hal yang hendak dibeli merupakan hal yang baik, karena membudayakan sikap yang cermat dalam menggunakan uang. Siapa sangka, niat baik tersebut tidak akan selalu ada saat berlibur ke negara tertentu, semacam Hong Kong.

Bila kita mencoba memilah dan memilih barang dagangan langsung di pusat perbelanjaan Hong Kong, maka siap-siaplah dimarahi oleh pedagang yang ada. Hal ini dikarenakan pedagang Hong Kong cenderung memiliki sikap yang insecure terhadap barang dagangannya.

Sebaliknya, mereka lebih suka apabila kita sudah merencanakan akan membeli apa saja sebelum bertemu dengan mereka. Dengan demikian, mereka akan dapat mempersiapkan sesuai dengan yang kita mau atau pesan. Lakukanlah hal ini, niscaya mereka tidak salah mengerti soal niat baik kita sebagai “orang asing yang numpang beli”.

3. Makan Permen Karet untuk Menghibur Tetangga


Sumber: Tivistar

Seperti kedua badut yang ada pada gambar ini, niat kita makan permen karet saat berlibur mungkin baik. Selain untuk meredakan stres berlebih, beberapa di antara kita ingin menghibur orang-orang sekitar kita dengan menggelembungkan permen karet sedemikian rupa.

Ya, maksud hati mungkin baik dengan memperlihatkan permen karet yang berwarna-warni. Anak-anak dan remaja awal pun akan senang melihat permen karet berwarna-warni yang dapat mengembang dan mengempis.

Sayang, tidak semua negara setuju dengan hal demikian. Misalnya di Singapura, kita akan didenda kira-kira $500 tiap kali ketahuan makan permen karet. Jangankan menggelembungkan, para polisi yang indera penciumannya sudah terlatih pun akan cepat menangkap kita apabila kita ketahuan makan, mengulum, atau menelan permen karet.

Karena itu, pikirkan soal model hiburan lainnya apabila sedang berwisata ke Singapura. Misalnya saat kita menemui badut (yang dijamin tidak akan makan permen karet), kita boleh banget mengajaknya berfoto atau melucu bersama si badut tanpa harus makan permen karet.

***

Kesimpulannya, berbuat baik itu memang perlu (dan harus), namun lagi-lagi, kita harus memperhatikan aturan tak tertulis yang ada di negara-negara tempat kita mengunjunginya. Lagipula, kita tidak ingin menjadi orang-orang yang kebaikannya terus disalahmengerti orang saat sedang berwisata, bukan?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *