Kalau berbicara mengenai pagoda, beberapa di antara kita yang bukan penganut Tridharma mungkin tidak akan terlalu ngeh.
Namun ketika dijelaskan mengenai bangunan tinggi serba merah, mungkin dari situlah kita baru tahu kalau itu namanya adalah pagoda.
Di bagian belahan dunia manapun, pagoda dan kelenteng, tempat ibadah umat Tridharma seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan.
Setiap keluarga dengan marga tertentu berkumpul dan beribadah kepada dewa dan dewi mereka di kelenteng atau pagoda sesuai dengan hari dan jam yang telah ditentukan bersama.
Kendati memiliki natur sebagai tempat ibadah, nyatanya beberapa tahun ini menunjukkan semakin banyak orang yang menjadikan baik pagoda maupun kelenteng sebagai tempat wisata.
Hal ini terutama terjadi di Indonesia, negara dengan kemungkinan tempat wisata yang paling banyak. Berikut ini saya ulas mengenai apa saja daya tarik pagoda maupun kelenteng untuk dapat menarik para wisatawan lokal maupun mancanegara ke dalamnya:
1. Arsitektur Warna Merah Dan Tulisan Mandarin
Meskipun pagoda dapat saja berwarna emas, nyatanya apapun yang berhubungan dengan umat Tridharma termasuk pagoda dan kelenteng hampir selalu berwarna merah.
Sudah begitu, corak pagoda dan kelenteng unik dan lain dibandingkan objek wisata yang lain dari segi arsitektur maupun interior bangunannya.
Serba merah dengan tulisan Mandarin di sana-sini, yang membuat wisatawan tidak perlu pergi ke negeri seberang untuk berkunjung ke pagoda atau kelenteng hanya sekedar untuk foto-foto.
Kalau pada hari Imlek, merahnya makin bertambah banyak. Ada banyak lampion berwarna merah dan bertuliskan aksara Mandarin berwarna kuning keemasan yang sangat menarik bagi wisatawan manapun untuk diabadikan dalam sebuah foto.
2. Atraksi Yang Disuguhkan
Tidak mungkin sebuah tempat menjadi objek wisata yang populer kalau tidak ada atraksi menarik yang dapat disuguhkan kepada wisatawan.
Dengan berbagai macam atraksinya yang menarik dan dilakukan baik di dalam maupun di luar, baik pagoda maupun kelenteng sukses menarik wisatawan untuk melihat-lihat atraksi yang ada.
Tidak hanya barongsai atau lion dance yang populer pada saat hari Imlek saja, berbagai pagoda dan kelenteng juga memiliki atraksi-atraksi seperti aneka macam pertandingan maupun pameran ilmu bela diri dan berbagai pertunjukan seni obat kuno dari Tiongkok yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia.
Kesemua atraksi ini merupakan atraksi yang biasanya hanya ditemukan di pagoda maupun kelenteng, sehingga para wisatawan dapat berkunjung ke dalamnya untuk berhenti sejenak dan menikmati atraksi yang disuguhkan dalam pagoda maupun kelenteng.
3. Dewa Yang Berdiam Di Dalamnya
Bisa dibilang, inilah kunci kesuksesan utama dari baik pagoda maupun kelenteng dalam menarik wisatawan yang ada: Karena umat yang ada di dalamnya beribadah kepada dewa atau dewi yang sesuai dengan mereka.
Dewa atau dewi ini untuk selanjutnya akan “memberkati” baik pagoda maupun kelenteng, sehingga rejeki akan terus turun di tempat tersebut, termasuk wisatawan yang adalah rejeki terbesar.
Kecenderungan umat yang beribadah secara rutin adalah percaya bahwa semakin tinggi “menusuk” sarang uang dewa atau dewi dengan nyusua (hio, red.), semakin banyak rejeki yang masuk pada pundi-pundi mereka, meskipun hal ini masih diragukan kebenarannya.
***
Ketiga alasan di atas, yakni arsitektur berwarna merah yang digabung dengan adanya tulisan Mandarin di sana dan di mari, berbagai macam atraksi di dalam maupun di luar pagoda atau kelenteng yang disuguhkan, serta adanya peran dari dunia spiritual yakni dewa atau dewi, semuanya berkontribusi pada ramainya pagoda maupun kelenteng sebagai tempat wisata bagi wisatawan yang penasaran atau hanya sekedar ingin berfoto-foto.
Perlu diingat kalau pagoda atau kelenteng ini memiliki efek seperti magnet, sekali masuk, biasanya orang akan ketagihan untuk kembali terus dan terus, selama dewa atau dewi yang menjaga tetap ada.
Apapun itu alasan dan tujuannya, baik pagoda maupun kelenteng adalah sumber pendapatan negara yang saat ini sedang naik daun di bidang pariwisata, karena pendatang lokal maupun asingnya sedang banyak-banyaknya.